Monday, 13 May 2019

Hutang Umat Islam pada Abu Huroiroh

#tadarushadis 4

Siapa yang tak kenal Abu Huroiroh? Orang yang pernah belajar Islam, walau sedikit-sedikit saja, akan berjumpa dengan namanya. Beliau adalah periwayat hadis yang paling banyak disebut.

Padahal Abu Huroiroh pada awalnya bukan lah siapa-siapa. Lalu karena konsistensinya 'menempel' pada Kanjeng Nabi, dan akhirnya menjadi jurnalis pribadi Kanjeng Nabi, menjadikan Abu Huroiroh dari _no body_ menjadi _some body._

Abu Huroiroh sebagaimana diakuinya sendiri, hanyalah orang miskin dari komunitas Suffah. Suffah adalah komunitas sahabat yang tinggal di selasar masjid Nabawi. Tidak jauh dari kediaman Kanjeng Nabi.

Bisa dikata komunitas Suffah ini adalah santri pesantren, yang langsung diasuh Kanjeng Nabi. Mereka belajar, dan menerapkan hidup sederhana sekali (zuhud) di tempat ini. Bisa jadi istilah sufi yang muncul belakangan, merujuk pada gaya hidup zuhud komunitas Suffah.

Dalam Soheh Bukhori juz 2 setidaknya ada dua hadis yang menyinggung Abu Huroiroh. Karena efisiensi ruang dari dua hadis tersebut, hanya hadis kedua yang akan ditulis teks nya.

Pada hadis pertama, yang kebetulan memang hadis pertama juz 2, diceritakan tentang kegalauan para sahabat, baik dari kalangan Ansor, maupun Muhajirin, kenapa mereka tidak bisa meriwayatkan hadis sebanyak Abu Huroiroh.

Abu Huroiroh dalam menanggapi hal tersebut berargumen: para sahabat kebanyakan sibuk dengan pekerjaannya dan mengurusi aset-asetnya. Sedangkan saya hanyalah orang miskin dari Suffah, yang kesehariannya, sebagaimana anggota Suffah yang lain,  hanya sibuk menempel pada Kanjeng Nabi. Memang kelak orang Suffah ini menjadi orang-orang yang matang ilmu agamanya, dibanding sahabat-sahabat yang lain. Dan ketepatan Abu Huroiroh adalah Lurah pondoknya ketika itu.

Hadis kedua menceritakan tentang bagaimana Abu Huroiroh bisa hapal ribuan hadis.

عن ابي هريره رضي الله عنه قال، قلت يا رسول الله اني سمعت منك حديثا كثيرا فاءنساه، قال صلى الله عليه وسلم: ابسط رداءك فبسطته، فغرف بيده فيه ثم قال ضمه، فضممته فما نست حديثا بعد

Terjemahan bebas:
Dari Abu Huroiroh: Ya Rasul,  saya telah mendengar banyak hadis dari Njenengan, tapi banyak yang saya lupa. Rasul: sini... sini, buka dan lebarkan surbanmu!  Setelah dilebarkan Kanjeng Nabi meremas surban tersebut, lalu berkata: Sudah, lipat lagi. Sejak saat itu Abu Huroiroh gampang lupa lagi pada hadis yang dihafalnya.

Sekedar perbandingan, sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis adalah: Abu Huroiroh 5374 hadis, Abdullah bin Umar 2630 hadis, Anas bin Malik 2286 hadis, Aisyah 2210 hadis, Abdullah bin Abbas 1660 hadis.

Dengan demikian kita umat Islam berhutang  5374 hadis pada Abu Huroiroh. Tanpa hadis-hadis yang diriwayatkan Abu Huroiroh, kita tidak bisa memahami Islam secara utuh.

M. Fathoni Mahsun

Tuesday, 7 May 2019

Masuk Surga dengan Cara Bersalaman dengan Nabi Muhammad SAW

#tadarushadis 2

Ketika berkunjung ke Indonesia pada akhir 2018, Syeh Iwadhul Karim memberikan ijazah kitab _Aqdu jauhari atsamin fi arbaina khadisan min akhaditsa syaidil mursalin_ dan kitab karangannya sendiri yaitu _Imdadu raufurrohim bi ba’dhi musalsalati wa murwiyati syaih Iwadhul Karim._

Dua kitab ini merupakan kitab hadis, dijilid jadi satu, karena hanya 69 halaman.

Kitab yang pertama sesuai dengan judulnya, berisi 40 hadis yang disadur dari beberapa kitab hadis, yaitu yang diambil dari kutubus sittah dan kitab-kitab yang lain. Sedangkan kitab yang kedua berisi hadis yang didapatkan oleh Syeh Iwadh secara musalsal (berantai), sampai Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Menariknya beberapa hadis yang tertulis disitu sanadnya nyambung pada Syeh Yasin al-Fadani, guru besar hadis berdarah Padang.

Pada kesempatan ini, saya hanya akan membahas hadis pertamanya saja. Sebuah hadis yang beliau dapatkan dari gurunya, Syeh Abdurrahman Muhammad Ahmad al-Maliki. Abdurrahman berkata dengan menyalaminya lalu menyampaikan sebuah hadis:
من صا فحني او صافح من صافحني الي يوم القيامه دخل الجنه
Barang siapa menyalamiku, atau menyalami orang yang menyalami ku sampai hari kiamat, maka masuk surga.

Menurut Abdurrahman, gurunya yang bernama Syeh Muhammad Yasin al-Fadani juga melakukan hal yang sama, menyalaminya lalu menyampaikan hadis di atas. Gurunya Syeh Yasin al-Fadani, yang beranama Syeh Umar Hamdan a-Mihrosi juga melakukan hal yang sama. Yang demikian itu nyambung terus sampai ke Rosululloh melalui jalur al-Ma’mur Abu al-Abbas al-Mulatsim.

Di Jombang ada juga yang menyampaikan hadis ini, yaitu Kyai Jamaludin Ahmad. Kemungkinan besar Kyai Jamal dapat sanad dari Kyai Sahal Mahfudz, yang tak lain adalah saudara iparnya. Sedangkan Kyai Sahal sendiri adalah santri dari Syeh Yasin al-Fadani.

Syeh Iwadh meng ijazahkan kitabnya tersebut, sekaligus menyampaikan hadis musyafakhah di Ponpes Rejoso. Ketika menyampaikan hadis musyafakaha itu, semua orang yang hadir berebut untuk salaman dengan beliau.

Maka agar tidak terjadi kekecauan yang tidak diinginkan, panitia penyelenggara akhirnya membuat peraturan, bahwa yang boleh salaman dengan Syeh Iwadh hanya para ustadz pondok Rejoso yang ditunjuk panitia.

Sedangkan hadirin yang lainnya cukup salaman dengan ustadz-ustadz tersebut.

Penulis sendiri sudah berkesempatan salaman dengan salah satu ustadz tersebut.

Alhamdulillah..., ternyata ada ya cara masuk surga dengan mudah. Hehehe

M. Fathoni Mahsun

Upaya Imam Turmudzi Mengejar Hadis tentang Thoharoh

#tadarushadis 1

Bab Thoharoh merupakan bab pertama dari kitab Sunan Turmudzi, yang juga merupakan salah satu dari enam kitab hadis (kutubus sittah). Hadis pertama dalam kitab tersebut adalah:
لاتقبل صلاة بغير طهور, ولاصدقة من غلول

_Tidak lah diterima sholat seseorang tanpa bersuci, serta tidak (dianggap) shodaqoh harta yang didapat dari korupsi._

Dalam mendapatkan hadis ini Imam Turmudzi mengejarnya hingga ke beberapa orang. yaitu kepada: (1) Qutaibah bin Said, juga kepada (2) Abu Awanah dari Simak bin Harbi, juga kepada (3) Hunnad, juga kepada (4) Waqi’ dari Isro’il dari Simak, dari Mus’ab bin Said dari Ibnu Umar dari Nabi muhammad SAW.

Sehingga bisa disimpulkan, ada 4 jalur sanad yang didapatkan Imam Turmudzi dalam mendapatkan hadis ini.

Selanjutnya imam Turmudzi juga memberikan keterangan tambahan, bahwa ada sedikit perbedaan redaksi dari Hunnad, yaitu:” الا بطهور”
Sehingga dengan jalur sanad yang demikian, Abu Isa mengatakan bahwa hadis ini merupakan hadis yang paling shohih dan paling hasan di dalam bab Thoharoh yang ada di kitab Sunan Tirmidzi.

Ketika menjelaskan tentang hadis ini, KH. Taufiq Mukhid Pengasuh Ponpes Sunan Ampel Jombang mengatakan, bahwa ini memberikan pelajaran bagi kita boleh belajar satu hal pada beberapa guru. Bahkan beliau yang juga mursyid thoriqoh Qodiriyah wa Nahsabandiyah mengatakan: “Boleh mendalami thoriqoh Qodiriyah wa Nahsabandiyah tidak hanya pada satu guru.” Itu berarti Mursyid tidak boleh tertutup, dengan melarang-larang jama’ahnya belajar pada mursyid lain.

Syarat kesucian dalam sholat, sebagaimana disinggung hadis di atas, juga mencakup batalnya wudhu karena tertidur. Pernah pada tahun 1994, jamaah haji asal Jombang ketika mendengar adzan pada pukul 03.00 dini hari, langsung bersiap-siap sholat subuh. Ditunggu-tunggu ternyata tidak kunjung terdengar iqomah. Lalu mereka pun berinisiatif melakukan sholat subuh sendiri. Tak lama setelah itu mereka pun tidur.

Tanpa diduga, ternyata pada pukul 04.30 terdengar adzan lagi. Yang ini asli adzan subuh. Kyai Taufiq yang ketika itu tidak tidur membangunkan orang-orang yang tertidur tersebut, sontak mereka pun ikut sholat lagi, tanpa wudhu, mau wudhu juga tidak tahu tempatnya dimana, wong baru pertama pergi haji. “Lha berarti orang sekian banyak itu wudhunya batal, tidurnya aja sampai ngorok dan dalam posisi rebahan.” Tandasnya berkelakar.

M. Fathoni Mahsun