Peristiwa Heroik 12 Januari 1949
M. Fathoni
Mahsun*)
Kebon
Rojo sebagaimana yang kita ketahui saat ini merupakan taman kota yang
dilengkapi dengan tempat bermain dan pujasera. Namun tahukah Anda bahwa di
Kebon Rojo juga pernah terjadi perang yang menewaskan banyak korban?
Perang
Kebon Rojo sebenarnya merupakan serangan balasan oleh para pejuang kita pada
Belanda, yang telah menduduki kota Jombang sejak 29 Januari 1948. Serangan ini
telah direncanakan sedimikian matang, dan diangap sebagai serangan yang paling
berhasil, sehingga mendapat apresiasi dari Kolonel Nasution selaku komandan
Markas Besar Komando Djawa (MBKD).
Belanda
ketika menduduki kota Jombang, menempati tempat-tempat strategis yang masih
tersisa, yang terlewat tidak dibumihanguskan. Yang paling utama adalah di
sekitar Kebon Rojo, disekitar rumah Haji Afandi Jagalan, serta sekitar pendopo
kabupaten.
Serangan
ini melibatkan beberapa anasir pasukan. Bertugas sebagai pasukan penusuk di
dalam kota adalah 3 kompi pasukan Mobil
Brigade (istilah saat ini Brimob) pimpinan Soetopo Ismono, Yusuf Jayengrono dan
Kusnadi, pasukan TNI Kompi MBT pimpinan Letnan Budiman, dan 2 seksi pasukan
TRIP pimpinan Sulaman dan Mukayat, serta 3 regu TRIP yaitu regu Gandu, regu
Druju, dan regu Heru Soebandi. Yang menyerang dari timur Kebon Rojo adalah TNI-MBT
kompi Budiman, Mobrig kompi Kusnadi, TRIP Seksi Mukayat, regu Heru Soebandi.
Dari selatan TRIP Kompi Yusuf. Sedang Mobrig kompi Soetopo Ismono, dan Trip
Seksi Sulaman kebagian di barat.
Kompi
Soetopo sebenarnya kebagian menyergap Belanda di Jagalan dari arah selatan,
yaitu daerah sekitar klenteng. Demikian juga seksi Sulaman juga bertugas
menyergap jagalan dari arah utara, yaitu dari arah pasar legi. Namun karena di
pasar banyak pengungsi yang terdiri dari orang tua, wanita, dan anak-anak,
sedangkan Kompi Soetopo sendiri merasa kurang leluasa ruang geraknya, maka
kedua pasukan tersebut bergeser ke Kebon Rojo.
Selain
pasukan-pasukan di atas, ada juga pasukan penghadang yang bertugas di lingkar
luar kota, yaitu 2 seksi TNI kompi 6002 Matosin yang dipimpin Letda A. Lodji
dan dibantu oleh kompi AURI pimpinan Letnan Soeprantiyo. Mereka mengambil
tempat di antara Kertosono-Perak, tepatnya di desa Kayen. Pasukan-pasukan
tersebut bertugas menghadang bantuan Belanda dari barat. Upaya penghadangan
tersebut tidak hanya dengan pasukan, tetapi juga dengan menebangi pohon
sepanjang jalan antara Jabon- Cangkring Randu, yang dilakukan oleh penduduk.
Sedangkan penghadangan datangnya bantuan Belanda dari timur diserahkan pada
kompi Budiman.
Setelah
semua persiapan dilakukan hampir sepanjang malam, dan masing-masing pasukan
menempati pos-posnya, serta waktunya pun telah matang, maka genderang perang
ditabuh. Tepat pukul 04.00 dini hari tanggal 12 Januari 1949, kududukan Belanda
di Kebon Rojo ditembaki dengan mortir, sebagai tanda bahwa serangan telah
dimulai. Lalu diikuti dengan tembakan gencar dari seluruh pasukan yang
mengepung Kebon Rojo. Momen ketika Belanda lengah demikian sangat
menguntungkan, sehingga pasukan yang mengepung Kebon Rojo leluasa untuk
merangsek ke jarak yang sangat dekat. Tembak-menembak bahkan terjadi hanya
dalam jarak setengah meter.
Belanda
tentunya sangat terkejut, dan tidak berani keluar dari sarangnya. Tembak-
menembak jarak dekat itu terjadi hingga siang hari. Pukul 10.00 pesawat musuh
datang, terbang di atas kota Jombang. Tapi pesawat tersebut tidak berani
mengeluarkan tembakan, karena pandangannya terganggu. Selain itu batas antara
lawan dan kawan tidak jelas. Pada pukul 10.00 itu juga di barat Kebon Rojo,
disebuah ladang jagung yang sudah patah-patah batangnya terkena tembakan,
mendadak puluhan penduduk muncul sambil merayap, menyerahkan
bungkusan-bungkusan makanan pada pejuang. Mereka adalah penduduk sekitar Kebon
Rojo, Kauman, dan selatan Rel.
Sementara
itu, pasukan yang menghalau musuh di Kayen juga terlibat kontak senjata.
Prediksi mereka benar, bahwa akan datang
bantuan musuh dari arah Kertosono. Beberapa orang gugur di pertempuran sekitar
Perak ini. Namun para pejuang juga berhasil menghancurkan kendaraan lapis baja
musuh, berikut yang di dalamnya. Sekitar pukul 12.00 dapat laporan dari
penduduk, bahwa buldoser Belanda berhasil menyingkirkan pohon-pohon yang ada di
jalan Jabon-Ngrandu.
Beberapa
kompi TRIP kemudian mundur ke arah Jabon untuk mengantisipasi datangnya Belanda
dari barat. Ternyata jumlah pasukan Belanda yang datang cukup besar, ada 13
brencarriers, dan 7 truk yang masing-masing berisi sekitar 40 pasukan. Di
tikungan Jabon, jalan yang berjajar dengan rel, akhirnya para pejuang menembaki
kendaraan yang paling belakang dari selatan rel. Tiga orang tewas seketika.
Namun akibatnya pasukan pejuang tersebut akhirnya kocar-kacir karena kalah
jumlah dan senjata. Mereka masuk ke kampung Beyan, lalu terus keselatan.
Iring-iringan
pasukan Belanda tadi kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Kebon Rojo.
Walhasil, posisi Belanda di Kebon Rojo kembali menguat, sehingga seluruh
pejuang harus ditarik pada sekitar pukul 15.00. Dari kesaksian penduduk, ada 6
truk berisi mayat serdadu Belanda yang diangkut menuju Mojokerto. Sebuah pertempuran yang patut dikenang.
0 comments:
Post a Comment